Berbagi Ilmu
Jumat, 26 Juni 2015
Website yang dapat memberi solusi
Mesran.Blogspot.Net merupakan salah satu website yang berguna untuk belajar bahasa pemrograman. Pada mesran.net terdiri beberapa artikel diantaranya artikel mengenai tips tips belajar bahasa pemrograman serta beberapa bahasa pemrograman salah satunya Visual Basic dot Net serta program berorientasi Database . Maka Dari itu kepada teman teman yang ingin belajar bahasa programan tidak ada salahnya coba kunjungi website Mesran.net
Pemodelan Dalam Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Defenisi Model
Menurut Raymond McLeod, Jr (McLeod, 1998) adalah penyederhanaan (abstraction)dari sesuatu. Sedangkan menurut Efraim
Turban (Turban, 1998) adalah sebuah representasi atau abstraksi realitas yang disederhanakan. Karenarealitas terlalu kompleks untuk ditiru secara tepat dan karena banyak dari kompleksitas itu sebenarnya tidak relevan dalam penyelesaian masalah yang spesifik.
Menurut Raymond McLeod, Jr (McLeod, 1998) adalah penyederhanaan (abstraction)dari sesuatu. Sedangkan menurut Efraim
Turban (Turban, 1998) adalah sebuah representasi atau abstraksi realitas yang disederhanakan. Karenarealitas terlalu kompleks untuk ditiru secara tepat dan karena banyak dari kompleksitas itu sebenarnya tidak relevan dalam penyelesaian masalah yang spesifik.
Representasi sistem atau masalah
berdasarkan model dapat dilakukan dengan berbagai macam tingkat
abstraksi, oleh karenanya model diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
menurut tingkat abstraksinya, antara lain (Turban, 1998) :
Model Iconik (Skala)
Sebuah model iconik, model abstraksi terkecil adalah replika fisik
sebuah sistem, biasanya pada suatu skala yang berbeda dari aslinya.
Model iconik dapat muncul pada tiga dimensi (miniatur maket),
sebagaimana pesawat terbang, mobil, jembatan, atau alur produksi.
Photografi adalah jenis model skala iconik yang lain, tetapi hanya dalam
dua dimensi.
Model Analog
Sebuah model yang tidak tampak mirip dengan model aslinya, tetapi
bersifat seperti sistem aslinya. Model analog lebih abstrak dari model
iconik dan merupakan perpresentasi simbolik dari realitas. Model ini
biasanya berbentuk bagan atau diagram 2 dimensi, dapat berupa model
fisik, tetapi bentuk model berbeda dari bentuk sistem nyata.
Berikut beberapa contoh lain :
- Bagan organisasi yang menggambarkan hubungan struktur otoritas, dan tanggung jawab.
- ƒ Sebuah peta dimana warna yang berbeda menunjukkan obyek yang berbeda misalnya sungai atau pegunungan.
- ƒ Bagan pasar modal yang menunjukkan pergerakan harga saham.
- ƒ Cetak biru dari sebuah mesin atau rumah.
Kompleksitas hubungan pada banyak sistem
organisasional tidak dapat disajikan secara model icon atau model
analog, atau representasi semacam itu malah dapat menimbulkan kesulitan
dan membutuhkan banyak waktu dalam pemakaiannya. Oleh karena itu model
yang tepat dideskripsikan dengan model matematis. Sebagian besar
analisis sistem pendukung keputusan dilakukan secara numerik dengan
model matematis atau model quantitatif yang lain.
Manfaat Model
Sistem pendukung manajemen (Management Support System – MMS) menggunakan model karena :- Model memungkinkan penghematan waktu. Waktu operasi yang bertahun-tahun dapat disimulasikan dalam beberapa menit atau detik denganmenggunakan komputer.
- Manipulasi model (perubahanvariabel-variabel atau lingkungan) adalah jauh lebih mudah daripada memanipulasi sistem nyata. Oleh karenanya eksperimentasi lebih mudah dilakukan dan tidak menggangguoperasi organisasi sehari – hari.
- ƒBiaya analitis pemodelan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya eksperimen yangsama yang dilakukan pada sistem nyata.
- Biaya dari kesalahan yang dibuat selama eksperimen trial-anderror jauh lebih murah jika digunakan model dibandingkan dengan sistem nyata.
- ƒModel meningkatkan dan memperkuat pembelajaran dan pelatihan.
Metode Profile Matching (GAP)
Metode Profile Matching
Profile matching merupakan suatu proses yang sangat penting dalam manajemen SDM dimana terlebih dahulu ditentukan kompetensi (kemampuan) yang diperlukan oleh suatu jabatan. Kompetensi/kemampuan tersebut haruslah dapat dipenuhi oleh pemegang/calon pemegang jabatan.
Dalam proses profile matching secara garis besar merupakan proses membandingkan antara kompetensi individu kedalam kompetensi jabatan sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk karyawan menempati posisi tersebut.
2. Perhitungan Pemetaan GAP Kompetensi Berdasarkan Aspek-Aspek
Untuk perhitungan pemilihan karyawan pengumpulan gap-gap yang terjadi itu sendiri pada tiap aspeknya mempunyai perhitungan yang berbeda-beda.
Profile matching merupakan suatu proses yang sangat penting dalam manajemen SDM dimana terlebih dahulu ditentukan kompetensi (kemampuan) yang diperlukan oleh suatu jabatan. Kompetensi/kemampuan tersebut haruslah dapat dipenuhi oleh pemegang/calon pemegang jabatan.
Dalam proses profile matching secara garis besar merupakan proses membandingkan antara kompetensi individu kedalam kompetensi jabatan sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk karyawan menempati posisi tersebut.
Untuk menganalisis karyawan yang
sesuai dengan jabatan tertentu dilakukan dengan metode profile matching, dimana
dalam proses ini terlebih dahulu menentukan kompetensi (kemampuan) yang
diperlukan oleh suatu jabatan. Dalam proses profile matching secara garis besar
merupakan proses membandingkan antara kompetensi individu ke dalam kompetensi
jabatan sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga gap)
1. Perhitungan Pemetaan GAP Kompetensi
Setelah proses pemilihan kandidat, proses berikutnya adalah menentukan kandidat mana yang paling cocok menduduki jabatan yang diajukan oleh perusahaan. Dalam kasus ini penulis menggunakan perhitungan pemetaan gap kompetensi dimana yang dimaksud dengan gap disini adalah beda antara profil jabatan dengan profil karyawan atau dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini:
Gap = Profil Karyawan – Profile Jabatan
1. Perhitungan Pemetaan GAP Kompetensi
Setelah proses pemilihan kandidat, proses berikutnya adalah menentukan kandidat mana yang paling cocok menduduki jabatan yang diajukan oleh perusahaan. Dalam kasus ini penulis menggunakan perhitungan pemetaan gap kompetensi dimana yang dimaksud dengan gap disini adalah beda antara profil jabatan dengan profil karyawan atau dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini:
Gap = Profil Karyawan – Profile Jabatan
2. Perhitungan Pemetaan GAP Kompetensi Berdasarkan Aspek-Aspek
Untuk perhitungan pemilihan karyawan pengumpulan gap-gap yang terjadi itu sendiri pada tiap aspeknya mempunyai perhitungan yang berbeda-beda.
Kriteria
|
Keterangan Sub Kriteria
|
Aspek Kapasitas Intelektual
|
CS : Common Sense
|
VI : Verbalisasi Ide
|
|
SB : Sistematika Berfikir
|
|
PSR : Penalaran
dan Solusi Real
|
|
KN : Konsentrasi
|
|
LP : Logika Praktis
|
|
FB : Fleksibilitas Berfikir
|
|
IK : Imajinasi Kreatif
|
|
ANT : Antisipasi
|
|
IQ : Potensi Kecerdasan
|
|
Aspek Sikap Kerja
|
EP : Energi Psikis
|
KTJ : Ketelitian dan Tanggung
Jawab
|
|
KH : Kehati-hatian
|
|
PP : Pengendalian Perasaan
|
|
DB : Dorongan Berprestasi
|
|
VP : Vitalitas dan Perencana
|
|
Aspek Perilaku
|
D : Dominance (Kekuasaan)
|
I : Influences (Pengaruh)
|
|
S : Steadiness (Keteguhan Hati)
|
|
C : Compliance (Pemenuhan)
|
Di mana nilai aspek sub kriterianya
adalah sebagai berikut :
Nilai Sub Kreteria
|
1 : Tidak Memenui Syarat
|
2 : Kurang
|
|
3 : Cukup
|
|
4 : Baik
|
|
5 : Sangat Baik
|
1. Perhitungan dan Pengelompokan Core dan Secondary
FactorSetelah
menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yaitu aspek kapasitas
intelektual, sikap kerja dan perilaku dengan cara yang sama. Kemudian tiap
aspek dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok Core Factor dan
Secondary Factor. Untuk perhitungan core factor dapat ditunjukkan pada rumus di
bawah ini:
NCF = Σ NC (I, s, p)
Σ IC
Keterangan:
NCF : Nilai rata-rata core factor
NC(i, s, p) : Jumlah total nilai core factor
(Intelektual, Sikap kerja, Perilaku)
IC :
Jumlah item core factor
Sedangkan
untuk perhitungan secondary factor dapat ditunjukkan pada rumus di bawah
ini:
NCS = Σ NS (I, s, p)
Σ IS
Keterangan:
NSF :
Nilai rata-rata secondary factor
NS(i, s, p) : Jumlah total nilai secondary factor
(Intelektual, Sikap kerja, Perilaku)
IS :
Jumlah item secondary factor
Metode Weighted Product (WP) dalam Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Metode Weight Product (WP)
Metode WP mengunakan perkalian untuk menghubungkan rating atribut, di mana rating setiap atribut harus dipangkatkan dulu dengan bobot atribut yang bersangkutan.
Proses ini Ai diberikan sebagai berikut :

Dimana ∑wj = 1. wj adalah pangkat bernilai positif untuk atribut keuntungan, dan bernilai negatif untuk atribut biaya.
Preferensi relatif dari setiap alternatif, diberikan sebagai:

Contoh kasus :
Misalkan nilai setiap alternatif pada setiap atribut diberikan berdasarkan data riil yang ada seperti pada Tabel 2.1, perlu diidentifikasi terlebih dahulu jenis kriterianya, apakah termasuk kriteria keuntungan atau kriteria biaya.
Metode WP mengunakan perkalian untuk menghubungkan rating atribut, di mana rating setiap atribut harus dipangkatkan dulu dengan bobot atribut yang bersangkutan.
Proses ini Ai diberikan sebagai berikut :

Dimana ∑wj = 1. wj adalah pangkat bernilai positif untuk atribut keuntungan, dan bernilai negatif untuk atribut biaya.
Preferensi relatif dari setiap alternatif, diberikan sebagai:

Contoh kasus :
Misalkan nilai setiap alternatif pada setiap atribut diberikan berdasarkan data riil yang ada seperti pada Tabel 2.1, perlu diidentifikasi terlebih dahulu jenis kriterianya, apakah termasuk kriteria keuntungan atau kriteria biaya.
Rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria
(Kusumadewi, Hartati, Harjoko, dan Wardoyo, 2006: 78)
(Kusumadewi, Hartati, Harjoko, dan Wardoyo, 2006: 78)
Kriteria C2 (kepadatan penduduk di
sekitar lokasi) dan C4 (jarak dengan gudang yang sudah ada) adalah
criteria keuntungan. Sedangkan kriteria C1(jarak dengan pasar
terdekat), C3 (jarak dari pabrik), dan C5 (harga tanah untuk lokasi)
adalah kriteria biaya.Permasalahan kasus di atasakan di selesaikan
dengan menggunakan metode Weighted Product (WP). Sebelumnya akan
dilakukan perbaikan bobot terlebih dahulu. Bobot awal W = (5, 3, 4, 4,
2), akan diperbaiki sehingga total bobot ∑Wj = 1, dengan cara :
Nilai vektor yang akan digunakan untuk perankingan dapat dihitung berdasarkan persamaan
Nilai terbesar ada pada V2 sehingga
alternatif A2 adalah alternatif yang terpilih sebagai alternatif
terbaik. Dengan kata lain, alternatif A2 akan terpilih sebagai
lokasi untuk mendirikan gudang baru. ( Kusumadewi, Hartati, Harjoko,
dan Wardoyo, 2006: 79 )
Minggu, 31 Mei 2015
Quis Sistem Penddukung Keputusan
Tabel Alternafit setelah dibobotkan
|
C1
|
C2
|
C3
|
C4
|
A1
|
2
|
2
|
3
|
1
|
A2
|
3
|
3
|
1
|
2
|
A3
|
2
|
4
|
1
|
2
|
A4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
A5
|
3
|
4
|
4
|
2
|
A6
|
2
|
2
|
2
|
2
|
A7
|
1
|
5
|
5
|
1
|
1.
X1=
=5,916















X2=
= 9,11















X3=
= 7,746















X4=
= 4,6904















Matrik R




0,5071 0,3293 0,1291 0,4264
0,3381 0,4391 0,1291 0,4264
0,3381 0,2195 0,2582 0,4264
0,5071 0,4391 0,5164 0,4264
0,3381 0,3293 0,2582 0,4264


2.
=
.
= 3 * 0,3381
= 1,0143






























Matrik Y




1,5213 1,6465 0,5164 1,7056
1,0143 2,1955 0,5164 1,7056
1,0143 1,0975 1,0328 1,7056
1,5213 2,1955 2,0656 1,7056
1,0143 1,6465 1,0328 1,7056


3.
=
max {1,0143 ; 1,5213 ; 1,0143 ; 1,0143 ; 1,5213 ; 1,0143 ; 0,507} = 1,5213










4.
=1,4321




























jadi kriteria yang tertinggi untuk mendapatkan BLT adalah V2 atau yang bernama hendrico
Langganan:
Postingan (Atom)